Breaking

www.diapoker.net
www.diapoker.net
www.diapoker.net
www.diapoker.net
www.pornbet.xyz

Jumat, 05 Januari 2018

Cerita Sensual - Aku Dan Ibu Mona

Cerita Sensual -  Aku benar-benar jadi ketagihan berhubungan sex dengan wanita-wanita yang umurnya jauh lebih tua dariku. Hubungan cintaku dengan Ibu mertuaku masih terus berlanjut sampai saat ini. Jika aku sudah sangat rindu akan tubuh Ibu mertuaku, aku menelpon Ibu mertuaku, kami janjian untuk bertemu di salah satu hotel, yang lokasinya dekat dengan bandara.

 Aku Dan Ibu Mona

Tonton Juga : Nonton Bokep Online

Pagi pagi sekali aku berangkat, setelah kami berjumpa, kami tumpahkan semua rasa rindu kami, sehari penuh kami tidak keluar kamar mengejar sejuta kenikmatan.

Aku dan Ibu mertuaku benar benar memanfaatkan waktuku yang singkat, karena sore harinya aku harus segera kembali ke Jakarta. Saat menunggu dibandara, jika birahi ku datang, aku dan Ibu mertuaku masuk ke toilet bandara yang cukup sepi. Langsung kusingkap roknya, kuturunkan CDnya, kuturunkan celana dan CD ku sebatas lutut, dari belakang langsung kutancapkan kontolku kelubang memek Ibu mertuaku, kogoyang maju mundur pantatku dengan sangat cepat, agar secepat mungkin kami raih kenikmatan. Mungkin aku sudah gila, aku jatuh cinta sama Ibu mertuaku sendiri.

Banyak diantara pembaca sekalian yang bertanya tanya tentang hubungan sexku dengan Indri istriku? Dalam hubungan sex, Indri, tidaklah sehebat ibunya, dalam bercinta istriku tidak suka dengan gaya yang aneh aneh. Bahkan Untuk melakukan oral sex saja, Indri enggan melakukannya, jijik, katanya.

Dalam berhubungan badan, aku dan Indri lebih banyak mengunakan gaya konvensional dalam bercinta. Apalagi Indri istriku termasuk wanita karier yang cukup berhasil, kadang kadang disaat aku ingin bersetubuh istriku sering menolaknya, capek sekali, katanya.

Tapi bukan itu yang menjadi alasan aku harus selingkuh dengan ibunya atau dengan wanita setengah baya lainnya. Aku bangga akan istriku.

Hanya saja, dengan Indri semua fantasi sexku tidak pernah kesampaian, terlalu monoton, Dengan Ibu mertuaku atau dengan wanita setengah baya lainnya yang pernah kusetubuhi, aku bebas berexpresi, dan fantasi sexualku juga bisa terpenuhi.
Dengan mereka, aku benar benar merasakan kepuasan sexual yang luar biasa.

Sekarang aku akan melanjutkan ceritaku, tentang hubunganku dengan Ibu Mona, setelah persetubuhan kami yang pertama.

*****

Saat keesokan harinya, ketika aku sudah tiba dikantor, aku hanya senyum senyum sendiri membayangkan Ibu Mona atasanku, orang yang begitu ditakuti dikantorku ini, akhirnya menyerah pasrah dalam pelukanku, memohon mohon agar ladangnya segera dicangkul dan sirami oleh air kehidupan yang begitu nikmat. Aku hanya tersenyum sendiri kalau mengingat apa yang terjadi semalam antara aku dengan Ibu Mona.

Aku benar benar menunggu kedatangan orang yang paling berpengaruh dikantorku, dan ingin sekali melihat reaksi dan expresi Ibu Mona kepadaku. Setelah lewat setengah jam, Ibu Mona belum Muncul juga. Dari Yena, sekretaris Ibu Mona aku tahu, bahwa hari ini Ibu Mona tidak masuk kantor karena kurang enak badan. Banyak teman teman yang tersenyum lepas, karena bisa bebas bekerja tanpa perlu ada yang ditakuti.

Cuma aku yang tidak senang atas peristiwa ini, karena aku ingin sekali melihat expresi wajah Ibu Mona. Ya sudahlah Akupun sibuk dan larut dengan pekerjaanku. Tanpa terasa sudah jam sepuluh pagi, tiba tiba aku dikejutkan oleh suara dering Hpku, tanda bahwa ada pesan yang masuk. Aku lihat ternyata Ibu Mona yang mengirim pesan, segera kubaca isi pesan tersebut.

“Pento.., kamu lumayan juga diatas ranjang, jadi wajar, kalau Ibu mertuamu sampai hamil. Hari ini saya nggak masuk kerja, saya tunggu kamu dirumah saya, jam satu siang. Minta izin sama Siska bilang saja kamu sakit.

Mona.”..

Uh dasar.. Bos, Sudah jelas jelas Ibu Mona kubuat KO di atas ranjang, masih bilang aku hanya lumayan. Tapi aku bersyukur juga, berarti hari ini aku bisa mengentot Ibu Mona lagi. Langsung terbayang semua kenikmatan yang akan kuperoleh dari tubuh gendut Ibu Mona.

Dengan alasan kurang enak badan, akupun izin untuk istirahat pulang, kutelpon taksi, saat taksi sudah datang, akupun langsung cabut dari kantorku menuju rumah Ibu Mona.

Setelah mendapat SMS dari Ibu Mona, aku begitu penuh semangat, hari ini aku ingin membuat Ibu Mona mengemis dan mohon ampun padaku. Cuma aku sadar, kemampuan sexku tidaklah terlalu hebat. Nggak mungkinlah, aku bisa kuat ngentot berjam jam. Untuk menambah stamina dan daya tahan sex ku, aku mampir ke salah satu toko yang menjual obat kuat, dari uang yang diberikan Ibu Mona kepadaku, aku beli beberapa butir obat kuat yang cukup ampuh. Didalam taksi langsung aku minum sebutir. Haa.. ha.. rasakan nanti, batinku.

Jam satu kurang, aku sudah tiba dirumah Ibu Mona, Kupencet bell dengan perasaan berdebar. Saat pintu gerbang terbuka kulihat Agus, satpam penjaga rumah Ibu Mona membukakan pintu.
“Eh.., Bapak Pento Silahkan masuk Pak, Ibu sudah menunggu Bapak di dalam”.
“Terima kasih Pak”, jawabku.

Akupun masuk kedalam, jauh juga jarak dari pintu gerbang sampai kepintu rumah Ibu Mona. Kulihat Ibu Mona sudah menunggu diteras rumahnya dan melambaikan tangannya.
“Hai, kamu datang juga.., aku pikir kamu nggak datang”, sapa Ibu Mona.
“Aku pasti datang Bu, kalau tidak datang, bisa-bisa rahasiaku terbongkar”, candaku.
“Ayo masuk, kamu sudah makan siang belum? Kita makan sama sama, hari ini Ibu sudah pesankan makanan untuk kita berdua. Spesial buat kamu dan Ibu”.
“Mmm.. ramah sekali Ibu Mona hari ini”, batinku.

Aku dan Ibu Mona masuk kedalam ruangan yang begitu besar, sepertinya kamar tidur Ibu Mona. Di dekat jendela yang menghadap kearah kolam renang, aku melihat sebuah meja kecil yang sudah ditata rapi, dengan nyala lilin dan sebotol wine, romantis sekali.

Aku dan Ibu Mona duduk berhadapan, Ibu Mona begiti lemah lembut, kamipun makan siang bersama, dalam suasana kamar yang begitu romantis.
“Boleh saya merokok disini Bu?”
“Silakan Pento, dulu almarhum suami Ibu juga seorang perokok”, jawab Ibu Mona.
“Kamu mau Minum wine?”, tanya Ibu Mona.
Kemudian Ibu Mona memberikan segelas wine untukku, kami terus berbicara sambil menghabiskan minuman kami.

Kupeluk tubuh Ibu Mona dari belakang saat Ibu Mona berdiri dijendela memandang keluar, Kucium dengan lembut wajahnya, bibirnya, burungku yang menempel tepat di belahan pantat Ibu Monapun sudah tegak berdiri, sampai sakit sekali rasanya, mungkin pengaruh obat kuat yang sudah aku minum.

“Pento, Sebenarnya Ibu mau mengajak kamu makan malam disuatu tempat yang romantis sekali, Cuma Ibu tahu, kamu tidak punya banyak waktu kalau malam hari jadi Ibu ajak kamu makan siang di sini, dikamar Ibu, dan sengaja suasananya Ibu buat seperti ini, agar tetap terkesan romantis”
“Terima kasih Bu, Ibu baik sekali”. Jawabku
“Kamu tahu Pen? Ini kamar tidur Ibu dan almarhum Bapak, kamu lelaki kedua setelah almahum Bapak, yang boleh masuk di kamar ini. Ibu sudah lama suka sama kamu, Cuma Ibu nggak yakin, melihat gayamu yang cool, apa iya kamu mau sama Ibu?, Untung Ibu mendengar pembicaraan kamu dan Ibu mertuamu, yah terpaksa Ibu harus mainkan siasat, untuk mendapatkan kamu”.
“Pento kamu maukan, hari ini, kamu bercinta dengan Ibu tanpa merasa terpaksa”.

Aku tersenyum dan kupandangi wajah Ibu Mona, aku merasa bangga sekali, kupeluk lebih erat lagi tubuh Ibu Mona. Tubuhku sudah panas rasanya, Ibu Mona berbalik, kami sudah saling berhadapan. Kupandangi wajah Ibu Mona, cantik sekali, kukecup lembut bibir Ibu Mona, kami berdua sudah saling melumat. Lama sekali kami berciuman, ditambah lagi suasana yang begitu romantis menambah tinggi gairah kami berdua.

Kulepas pakaian yang di kenakan Ibu Mona, kuciumi lehernya, Ibu Mona mendesah menikmati cumbuan yang aku berikan, kubuka Bh nya, kuremas dengan lembut tetek Ibu Mona. Ciumanku terus turun kearah buah dadanya, kujilati dan kuhisap tetek Ibu Mona, Ibu Monapun semakin mengeliat dan semakin keras desahannya.

“Uh.. Pento.. Terus hisap sayang.. Uhh.. Enak.. Pen.”..
setelah puas bermain main di buah dada Ibu Mona ciumankupun turun keperutnya. Kujilati pusarnya sambil tanganku berusaha melepas celana dalam Ibu Mona, yang merupakan penutup terakhir di tubuhnya. Masih dalam posisi berdiri kujilati memek Ibu Mona, kuhisap semua lendir yang keluar, dendam yang tadinya begitu mengebu gebu hilang sudah, aku begitu lembut memperlakukan Ibu Mona.

“Ah.. pento.. nikmat sekali sayang, buka pakaianmu sayang”.
Jari jemari tangan Ibu Mona dengan lincah melepas kancing pakaianku. Satu persatu pakaian yang kukenakan terlepas sudah. Akhirnya kami berdua sudah telanjang bulat. Dihisapnya puting dadaku, sambil tangan Ibu Mona meremas remas kontolku yang sudah sangat tegak berdiri.

“Pento aku ingin kita melakukannya di tempat tidur, puaskan aku sayang”.
Kami berdua berjalan menuju kepembaringan, tangan Ibu Mona terus memegangi kontolku. Tubuhku direbahkan diatas pembaringan, kemudian kontolku di kulum dengan lembut, nikmat sekali kuluman Ibu Mona.

“Oh.. Pento Ibu sudah tidak tahan lagi.. Ibu masukin ya sayang.”..
Kemudian Ibu Mona menaiki tubuhku, digemgamnya kontolku dan diarahkan ke lubang memeknya, perlahan lahan sekali Ibu Mona menurunkan pantatnya, mili demi mili batang kontolku masuk meluncur ke lubang memek Ibu Mona yang sangat basah sekali.

“Ahh.”., rintih kami berdua, saat kontolku masuk semua terbenam didalam lubang memek Ibu Mona.
Aku lihat Ibu Mona memejamkan mata dan mengigit bibirnya menikmati sensasi yang begitu indah. Ibu Mona mengangkat pantatnya dengan perlahan sekali, menikmati gesekan batang kontolku dengan dinding memeknya, kemudian diturunkan kembali dengan sangat perlahan. semakin lama goyangan naik turun pantat Ibu Mona semakin cepat.
“Akkhh.. Pento.. ampun.. enak sekali sayang.. kontolmu enak sekali sayang”.
Ibu Mona terus menjerit mendesah berteriak menikmati sensasi nikmat dari pertemuan batang kontolku dengan lubang memeknya. Kontolku yang begitu tegak perkasa terus menerus menerima gesekan demi gesekan dari lubang memek Ibu Mona.
“Iya.. Bu, aku juga nikmat goyang terus Bu”.
Kuremas tetek Ibu Mona, aku angkat badanku kuhisap teteknya, goyangan pinggul Ibu Mona makin menggila dan terkendali.

Jujur saja, kalau bukan karena pengaruh obat kuat yang aku minum, Mungkin aku sudah ejakulasi, dan sudah tidak sanggup lagi bertahan mengimbangi goyangan pantat Ibu Mona yang begitu liar.
“Oh.. Pento.. Ibu.. sudah nggak sanggup lagi.., Ibu mau keluuarr”.
“Ayo.. Bu.. keluarin semuanya Bu.. Nikmatin.. Bu.”..
Kuhisap dengan kuat tetek Ibu Mona, dan Ibu Monapun makin mempercepat goyangan pinggulnya menanti saat saat datangnya orgasme.
“Pentoo.. Arrgghh.”., jerit Ibu Mona, memek Ibu Mona dengan kuat mencengkram batang kontolku.
Sungguh menyesal aku meminum obat kuat, padahal saat seperti inilah, saat yang paling nikmat untuk secara bersamaan melepaskan orgame yang sudah tertahan. Namun kalau aku tidak meminumnya, aku juga tidak tahu apakah aku sanggup bertahan dari serangan dan goyangan pantat Ibu Mona.

Dipeluknya aku dengan erat sekali.
“Hu.. hu.. hu.”., Ibu Mona menangis.
Aku peluk tubuh nya dengan erat. Kurebahkan badanku, Ibu Mona ikut rebah sambil terus memelukku. Kubiarkan Ibu Mona menikmati orgasmenya.

Kukecup kening Ibu Mona, ku belai rambutnya dengan penuh kasih sayang, sementara kontolku masih terus terbenam di dalam lubang memek Ibu Mona.
“Enak sayang”, Tanyaku
“Enak sekali Pen, dasyat sekali rasanya” jawab Ibu Mona lirih.
“Kamu sudah keluar Pento?”.
“Belum Bu, tidak apa apa, yang penting Ibu puas”, Jawabku.
“Ibu lemas sekali Pento, kasihan kamu belum keluar”.
“Tidak apa-apa Bu, Ibu istirahat dulu, nanti kita lanjutkan lagi, toh waktu kita masih panjang”, jawabku.

 Ibu Mona mengangkat tubuhnya dan langung menghempaskannya kembali disampingku. Kontolku masih tegak berdiri, sama sekali belum terlihat tanda tanda hendak memuntahkan isinya. Ibu Mona merebahkan kepalanya didadaku, kupeluk tubuh Ibu Mona, sambil kubelai belai ramutnya. Akhirnya Ibu Monapun tertidur.

Kupandangi wajahnya, ada senyum kepuasan disana. Seandainya saja dendamku belum hilang mungkin aku tidak peduli apakah Ibu Mona lelah atau tidak, pasti sudah kutancapkan kembali kontolku yang masih tegak berdiri kelubang memek Ibu Mona sampai Ia minta ampun dan memohon mohon padaku.

Hari itu sampai jam sepuluh malam Aku dan Ibu Mona benar benar menghabiskan waktu kami hanya untuk bersetubuh meraih kenikmatan demi kenikmatan. Kami berdua melakukannya dengan penuh perasaan.

Ternyata di balik ketegaran yang diperlihatkanya dikantor, Ibu Mona tetaplah seorang wanita yang butuh perhatian dan kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar